Jurnalistik sastra adalah cabang jurnalistik yang menggabungkan unsur-unsur sastra dalam penyampaian berita atau cerita jurnalisme. Dalam jurnalistik sastra, tidak hanya informasi yang disampaikan, tetapi juga perhatian besar diberikan pada gaya penulisan dan narasi yang kreatif. Ini memungkinkan pembaca untuk merasakan pengalaman yang lebih mendalam dan emosional saat membaca artikel atau laporan.

Perkembangan jurnalistik sastra tidak terlepas dari sejarah panjang jurnalisme dan sastra itu sendiri. Jurnalistik sastra telah ada sejak awal perkembangan jurnalisme modern pada abad ke-19. Pada masa itu, penulis jurnalisme seperti Charles Dickens dan Mark Twain menggunakan gaya narasi sastra dalam laporan mereka, menciptakan karya-karya yang memukau dan memikat pembaca.

Seiring berjalannya waktu, jurnalistik sastra terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan dalam industri media dan perkembangan teknologi. Meskipun kadang-kadang dianggap sebagai pendekatan yang kurang umum dalam jurnalisme modern yang didominasi oleh berita cepat dan singkat, jurnalistik sastra tetap memiliki tempatnya dan terus dihargai oleh sebagian besar pembaca yang menghargai kedalaman, keindahan, dan kecerdasan dalam penyampaian informasi.

Salah satu ciri khas dari jurnalistik sastra adalah penggunaan gaya bahasa yang kreatif dan imajinatif. Penulis jurnalistik sastra sering menggunakan metafora, perumpamaan, dan deskripsi yang rinci untuk menciptakan gambaran yang hidup dan memikat pembaca. Ini membawa dimensi baru dalam penyampaian berita dan menciptakan pengalaman membaca yang lebih mendalam.

Meskipun jurnalistik sastra tidak selalu mendapatkan perhatian yang sama dengan jenis-jenis jurnalisme lainnya, keberadaannya yang unik dan pengaruhnya yang mendalam dalam budaya jurnalisme tidak dapat disangkal. Dengan gaya penulisan yang indah dan narasi yang menggugah, jurnalistik sastra terus menjadi sumber inspirasi bagi penulis dan pembaca yang menghargai keindahan kata-kata dalam menyampaikan informasi dan cerita.