The Challenge of Java-centrism: Towards Balanced Development

Pulau Jawa, sebagai pusat sejarah dan kebudayaan Indonesia, sering kali menjadi fokus dalam berbagai aspek kehidupan nasional. Namun, fenomena yang dikenal sebagai “Jawa-sentrisme” menjadi sorotan utama karena berpotensi memicu disintegrasi bangsa. Menilik permasalahan ini, kita perlu memahami akar masalah serta upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai keseimbangan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.

Jawa-sentrisme dalam Sejarah

Jawa-sentrisme telah menjadi bagian dari sejarah Indonesia sejak masa kolonialisme Hindia Belanda. Faktor seperti populasi yang tinggi, posisi geografis strategis, dan kekayaan sejarah memberikan Pulau Jawa dominasi dalam berbagai sektor, termasuk perekonomian, politik, dan pembangunan.

Ketimpangan yang Meningkat

Pada era Demokrasi Terpimpin, Presiden Soekarno memulai proyek-proyek megah di Pulau Jawa, meninggalkan daerah lain yang masih dilanda ketidakstabilan politik. Ketimpangan semakin memburuk pada era Orde Baru, di mana adanya Aglomerasi Industri membuat Pulau Jawa menjadi pusat ekonomi, meninggalkan daerah lain terbelakang.

Masa Pemerintahan Jokowi

Pemerintahan Presiden Jokowi berupaya mengatasi Jawa-sentrisme dengan rencana pemindahan ibu kota ke Pulau Kalimantan, yang dikenal sebagai Ibu Kota Nusantara (IKN). Proyek ini bertujuan untuk meratakan pembangunan dari segi penduduk, ekonomi, dan infrastruktur. Meskipun masih dalam tahap awal, pemindahan ibu kota menjadi langkah penting menuju keseimbangan pembangunan.

Respon di Media Sosial

Isu Jawa-sentrisme seringkali menjadi topik perbincangan di media sosial, di mana masyarakat mengekspresikan ketidakpuasan dan aspirasi mereka. Beberapa bahkan mengaitkan isu ini dengan perilaku rasisme, dengan Pulau Jawa dianggap sebagai “penjajah” terhadap wilayah lain.

Potensi Ancaman Disintegrasi

Berbagai unggahan konten di media sosial merujuk pada potensi disintegrasi bangsa akibat ketidakpuasan terhadap Jawa-sentrisme. Sejarah mencatat pemberontakan di masa lalu sebagai akibat dari ketidakadilan pembangunan.

Pembelajaran dari Sejarah Dunia

Penting bagi Indonesia untuk belajar dari peristiwa sejarah di luar negeri, seperti perpecahan Yugoslavia. Ketidakseimbangan dalam perlakuan terhadap suku, etnis, dan agama dapat memicu disintegrasi, seperti yang terjadi pada negara tersebut.

Pemerintah Harus Bertindak Cepat

Pemerintah diingatkan untuk bertindak cepat mengatasi isu Jawa-sentrisme agar tidak menimbulkan ancaman terhadap kesatuan Indonesia. Pembangunan Ibu Kota Nusantara di Kalimantan menjadi langkah awal yang diharapkan dapat menciptakan keseimbangan pembangunan di seluruh negeri.

Kesimpulan

Jawa-sentrisme, kendati memiliki akar sejarah, harus diatasi untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan seimbang. Langkah-langkah pemerintah, respons masyarakat di media sosial, dan pembelajaran dari sejarah dunia menjadi kunci menuju kesatuan bangsa yang lestari. Mari bersama-sama menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Oleh: Muchammad Alfin Nasikh Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga

source
https://unair.ac.id