Lingkar NU Kecam Sastra dalam Kurikulum karena Narasi Vulgar

NU Circle, sebuah organisasi yang peduli pada pendidikan, mengecam keputusan memasukkan sastra ke dalam kurikulum pendidikan. Mereka mengungkapkan keprihatinannya terhadap banyaknya buku sastra yang memiliki narasi vulgar. Langkah ini diambil untuk melindungi siswa dari konten yang dianggap tidak pantas.

Ketua NU Circle, Sobari Hasan, menyatakan bahwa beberapa buku sastra yang digunakan di sekolah mengandung unsur-unsur vulgar yang tidak sesuai untuk pelajar. Ia menekankan pentingnya memilih bahan terbuka yang mendidik dan tidak merusak moral siswa. Sobari juga mengajak pihak terkait untuk lebih memilih dalam memilih buku yang akan dijadikan bahan terbuka.

Menurut Sobari, sastra seharusnya menjadi alat untuk mengembangkan karakter dan moral siswa, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, NU Circle mendorong adanya revisi terhadap daftar buku yang digunakan dalam kurikulum sastra. Mereka menyarankan agar buku yang dipilih mengandung nilai-nilai positif dan sesuai dengan norma yang berlaku.

Kritik ini juga didukung oleh sejumlah orang tua yang merasa khawatir dengan konten vulgar dalam beberapa buku sastra yang diajarkan di sekolah. Mereka beranggapan bahwa konten-konten tersebut tidak hanya tidak pantas, tetapi juga dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan anak-anak.

Mengatasi kekhawatiran ini, pihak kementerian pendidikan menyatakan akan melakukan evaluasi terhadap buku-buku yang ada dalam kurikulum. Mereka berjanji untuk memastikan bahwa bahan ajar yang digunakan di sekolah benar-benar mendidik dan sesuai dengan norma sosial.

NU Circle berharap dengan adanya evaluasi ini, kurikulum sastra di sekolah bisa lebih berkualitas dan memberikan dampak positif bagi perkembangan karakter siswa. Mereka juga menekankan pentingnya peran semua pihak dalam menjaga kualitas pendidikan di Indonesia.