Literasi Melalui Sastra: Implementasi dan Tantangan di Indonesia

Surabaya, 27 Mei 2024 – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) telah mengumumkan program terbaru mereka, Sastra Masuk Kurikulum pada Senin (20/5/2024). Tanggapan terhadap program ini bermacam-macam, termasuk dari Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (UNAIR), Dr. Listiyono Santoso SS MHum.

Menurut Dr. Listiyono, Sastra Masuk Kurikulum merupakan langkah potensial namun harus diimplementasikan dengan tepat agar tidak hanya menjadi slogan. Ia menekankan bahwa penting bagi anak-anak untuk diperkenalkan pada karya sastra sejak dini sebagai cara untuk meningkatkan literasi. Dr. Listiyono mengutip pandangan Ki Hajar Dewantara yang menekankan bahwa literasi tidak hanya mengenali huruf, tetapi juga memahami kehidupan sehari-hari melalui sastra.

Dr. Listiyono juga menyoroti bahwa literasi di Indonesia masih rendah karena sering kali hanya menjadi slogan tanpa memberikan dampak yang nyata. Ia menegaskan perlunya pendekatan yang lebih dekat dengan anak-anak melalui karya sastra, bukan hanya buku-buku ilmiah yang kaku. Setiap tingkatan pendidikan, dari SD hingga SMA, harus memiliki bobot karya sastra yang relevan agar anak-anak dapat memahami konflik-konflik kehidupan.

Selain itu, Dr. Listiyono juga mengakui pentingnya integrasi teknologi dalam program Sastra Masuk Kurikulum untuk menarik minat generasi muda. Ia menekankan bahwa anak-anak saat ini hidup di era teknologi dan perlu menghadapi pendekatan yang sesuai agar mereka bisa mencintai sastra.

Dengan komitmen, disiplin, dan konsistensi, Dr. Listiyono optimis bahwa program ini dapat berjalan dengan baik dan meningkatkan literasi di Indonesia. Ia mengajak semua pihak yang terlibat dalam dunia kesusastraan untuk merespons dan mendukung upaya ini demi meningkatkan harkat dan martabat literasi di Tanah Air.