Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga membahas transformasi sastra dalam menghadapi era digital. Dalam diskusi yang diadakan baru-baru ini, para ahli sastra menyoroti dampak teknologi terhadap pengembangan sastra.
Menurut Profesor Utama dalam sastra di era digital, penting untuk memahami bahwa teknologi telah mengubah cara sastra dihasilkan, dikonsumsi, dan dipromosikan. Sebelumnya, sastra terbatas pada buku cetak dan majalah, namun kini tersedia dalam bentuk digital yang dapat diakses secara luas melalui internet.
Perubahan ini membawa tantangan dan peluang sekaligus. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana menjaga nilai-nilai sastra tradisional dalam konteks digital yang serba cepat dan instan. Para penulis dan pengajar sastra harus beradaptasi dengan tren baru seperti publikasi mandiri, platform bold, dan media sosial sebagai sarana untuk mempromosikan karya mereka.
Namun demikian, ada juga peluang yang besar di era digital ini. Sastra dapat lebih mudah diakses oleh khalayak yang lebih luas, baik di dalam negeri maupun internasional. Teknologi memungkinkan penulis untuk bereksperimen dengan berbagai format dan gaya penulisan yang mungkin tidak dapat dilakukan sebelumnya.
Diskusi juga menggarisbawahi perlunya pendekatan pendidikan yang terintegrasi antara sastra dan teknologi. Mahasiswa sastra perlu dibekali dengan keterampilan digital untuk menghadapi tantangan industri sastra yang semakin beragam.
Kesimpulannya, sastra di era digital memang menghadapi tantangan kompleks namun juga membuka peluang baru yang menarik. Perubahan ini menuntut para pemangku kepentingan sastra untuk tetap inovatif dan terus beradaptasi mengikuti perkembangan zaman. Dengan demikian, sastra dapat tetap relevan dan memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat modern yang semakin digital ini.