Bahasa asing telah memainkan peran penting dalam perkembangan sastra Indonesia, terutama sejak masa kolonial hingga era globalisasi saat ini. Pengaruh ini terlihat dalam berbagai aspek, mulai dari gaya penulisan hingga tema dan struktur karya sastra.
Selama masa penjajahan, sastra Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa Belanda. Penulis seperti Multatuli dengan karyanya “Max Havelaar” memperkenalkan elemen bahasa Belanda ke dalam sastra Melayu, memengaruhi penulisan dan perspektif sastra lokal. Setelah kemerdekaan, pengaruh bahasa Inggris semakin dominan, terutama dalam genre fiksi dan puisi modern.
Penggunaan bahasa Inggris dalam sastra Indonesia terlihat dalam karya-karya penulis kontemporer seperti Andrea Hirata dan Laksmi Pamuntjak, yang sering mengintegrasikan istilah dan frasa bahasa Inggris untuk menciptakan nuansa global. Hal ini juga berdampak pada cara penulisan dan alur cerita yang semakin beragam dan berorientasi internasional.
Di samping itu, penerjemahan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia memungkinkan pembaca untuk mengakses dan memahami perspektif budaya lain, memperkaya khazanah sastra lokal. Karya-karya seperti “Harry Potter” dan “The Alchemist” tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga memengaruhi gaya penulisan dan imajinasi penulis lokal.
Meskipun pengaruh bahasa asing membawa banyak keuntungan, penting untuk menjaga keseimbangan agar tidak mengabaikan kekayaan bahasa dan budaya lokal. Mempertahankan elemen-elemen tradisional dalam sastra Indonesia sambil mengadopsi pengaruh global adalah tantangan yang dihadapi oleh penulis masa kini.