Menggali Warisan Sastra Lisan Nusantara yang Hampir Terlupakan

Sastra lisan Nusantara merupakan kekayaan budaya yang diwariskan secara turun-temurun, mencerminkan identitas, nilai, dan sejarah masyarakat Indonesia. Sayangnya, di tengah perkembangan zaman dan modernisasi, warisan sastra lisan ini semakin terpinggirkan dan terancam punah.

Banyak bentuk sastra lisan yang tersebar di berbagai daerah, seperti pantun, syair, mantra, hingga cerita rakyat. Masing-masing memiliki keunikan tersendiri dan seringkali berkaitan erat dengan tradisi serta kepercayaan lokal. Misalnya, di Sumatera, pantun digunakan dalam berbagai upacara adat, sementara di Bali, kidung dan kakawin menjadi bagian integral dari ritual keagamaan.

Namun, seiring dengan pergeseran budaya dan masuknya teknologi, generasi muda semakin jarang mengenal dan mempraktikkan sastra lisan ini. Banyak dari mereka yang lebih akrab dengan konten digital daripada warisan sastra nenek moyang mereka. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya bagian penting dari identitas budaya Indonesia.

Untuk menjaga kelestarian sastra lisan Nusantara, berbagai upaya mulai dilakukan. Program dokumentasi dan revitalisasi sastra lisan digalakkan oleh pemerintah dan komunitas budaya. Sekolah-sekolah juga didorong untuk mengintegrasikan materi sastra lisan dalam kurikulum mereka, agar generasi muda dapat memahami dan menghargai kekayaan budaya ini.

Melalui upaya ini, diharapkan sastra lisan Nusantara tidak hanya dikenang sebagai peninggalan masa lalu, tetapi juga menjadi bagian hidup dari budaya bangsa yang terus berkembang.