FIB UNAIR Lecturer Becomes Presenter on ICAS 13 Kawi Culture Panel

Surabaya, 31 Juli 2024 – Abimardha Kurniawan, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (FIB UNAIR), tampil sebagai pemateri dalam panel bertajuk “The Transmission of Knowledge in Kawi Culture” pada Rabu, 31 Juli 2024. Panel ini merupakan bagian dari International Conference of Asia Scholars (ICAS) 13 yang diadakan di Universitas Airlangga Surabaya. Dalam kesempatan tersebut, Abimardha menyampaikan materi berjudul “Bhūtasaṃkhyā, Candrabhūmi, and their Commentaries.”

Eksplorasi Budaya Kawi

Panel “The Transmission of Knowledge in Kawi Culture” membahas bagaimana pengetahuan ditransmisikan dan beredar selama periode di mana Jawa, Sunda, Bali, Madura, dan Lombok berpartisipasi dalam peradaban bersama yang disebut “Budaya Kawi”. Budaya ini muncul pada akhir milenium pertama Masehi dan bertahan hingga milenium kedua. Pengetahuan yang ditransmisikan dalam budaya ini meninggalkan jejak mendalam pada masyarakat saat ini. Bali, misalnya, menjadi gudang kekayaan Budaya Kawi, sementara di Jawa, budaya ini dihormati sebagai warisan leluhur. Jejak Budaya Kawi juga terlihat di Sunda, Madura, dan Lombok, yang meninggalkan jejak pada tradisi tertulis dan lisan.

Materi yang Disampaikan

Dalam presentasinya, Abimardha Kurniawan memfokuskan pada sistem numerik bhūtasaṃkhyā dan teks Candrabhūmi. Sistem bhūtasaṃkhyā adalah sistem numerik yang menggunakan kata-kata tertentu yang memiliki asosiasi dengan angka. Penggunaan sistem ini ditemukan di berbagai bagian Asia Tenggara daratan sejak abad ke-8. Teks Candrabhūmi, yang dikodifikasi dalam kakawin Jawa Kuno, menjadi sumber utama sistem numerik bhūtasaṃkhyā di kalangan masyarakat Jawa dan Bali.

Abimardha mengungkapkan bahwa meskipun sebagian besar masyarakat telah kehilangan akses langsung ke teks asli Candrabhūmi, mereka masih mengenal sistem bhūtasaṃkhyā melalui komentar-komentar eksgetis yang ada. Dalam penelitiannya, ia menggunakan berbagai sumber manuskrip dari Perpustakaan Nasional Jakarta, Staatsbibliotheek zu Berlin, dan Gedong Kirtya di Singaraja.

Metodologi dan Pendekatan

Penelitian Abimardha mengadopsi pendekatan emik dan etik, dengan tujuan untuk menginterpretasikan teks Candrabhūmi dari perspektif orang dalam dan luar. Ia menyoroti bagaimana teks ini sering kali disalahpahami karena kesulitan dalam pemisahan kata dan interpretasi linguistik. Namun, ia menegaskan bahwa meskipun terdapat banyak misinterpretasi, setiap kesalahan dalam pembacaan dan interpretasi masih mempertahankan nilai numerik yang diwakili oleh setiap kata.

Kontribusi terhadap Pengetahuan

Dengan menyajikan penelitian ini, Abimardha Kurniawan tidak hanya memperkaya pemahaman kita tentang sistem numerik bhūtasaṃkhyā dan teks Candrabhūmi, tetapi juga menghubungkan warisan Budaya Kawi dengan isu-isu kontemporer dalam produksi pengetahuan.

Kehadiran Abimardha Kurniawan sebagai pemateri dalam panel ini menegaskan peran penting dosen FIB UNAIR dalam mendalami dan mempromosikan warisan budaya Indonesia di kancah internasional.

source
https://unair.ac.id