FIB UNAIR Students and Lecturers Present at the ICAS Panel

Surabaya, 31 Juli 2024 – Mahasiswa dan dosen dari Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (FIB UNAIR), Manuela Bernarda Serang dan Nunuk Endah Srimulyani S.S., M.A., Ph.D., berkesempatan menjadi pemateri dalam panel “Asian Heritage, History/Historicity and Preservation“. Keduanya mempresentasikan penelitian berjudul “Ethnography Insights: Examining the Evolution of Shinto Theatrical Dance in Matsumae City, Hokkaido” pada sesi panel tersebut.

Pembahasan Panel

Sesi ini berlangsung pada Rabu, 31 Juli 2024 pukul 16:15 – 18:00 (GMT+7) di Gedung Sekolah Pascasarjana, ruang P2.02. Panel ini merupakan bagian dari tema besar “Negotiating Margins: Representations, Resistances, Agencies” yang mengangkat berbagai topik tentang warisan, sejarah, dan pelestarian budaya Asia.

Fokus Penelitian

Penelitian yang dipresentasikan oleh Manuela Bernarda Serang dan Nunuk Endah Srimulyani berfokus pada evolusi tarian teater Shinto di Kota Matsumae, Hokkaido. Menggunakan pendekatan etnografi, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan tarian Kagura dan upaya revitalisasi tarian tersebut di tengah fenomena masyarakat menua di Jepang.

Latar Belakang

Jepang saat ini dikategorikan sebagai masyarakat super-tua, dengan 28,7% populasinya berusia 65 tahun atau lebih, didominasi oleh perempuan (sumber: Parlemen Eropa). Fenomena ini berdampak pada berbagai aspek budaya, termasuk keberadaan tarian Kagura yang merupakan tarian sakral untuk menghibur dewa-dewa Shinto (sumber: Kementerian Pertahanan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata Jepang).

Metode Penelitian

Penelitian ini melibatkan observasi tarian Kagura selama enam bulan serta wawancara yang dibantu oleh salah satu senior dari ryokan (penginapan tradisional Jepang). Hasil wawancara dan observasi tersebut kemudian dikodifikasi dan disusun berdasarkan tujuan dan pertanyaan penelitian.

Hasil Penelitian

Penelitian ini mengungkap beberapa hal penting terkait tarian Kagura Matsumae, antara lain:

  1. Sejarah Tarian Kagura Matsumae: Dimulai dari kedatangan klan Matsumae di Hokkaido hingga pembentukan tarian Kagura oleh klan tersebut.
  2. Proses Tarian Kagura Matsumae: Meliputi persiapan tarian dan urutan tarian.
  3. Tantangan Keberlanjutan Tarian Kagura Matsumae: Termasuk dampak dari masyarakat yang menua dan urbanisasi.
  4. Metode Revitalisasi Tarian Kagura Matsumae: Menggunakan kearifan lokal sebagai metode revitalisasi tarian ini.

Dokumentasi

Beberapa dokumentasi yang disertakan dalam penelitian ini meliputi:

  • Sanbaso mai (tarian keluarga untuk kesejahteraan)
  • Pemain musik dari tarian Kagura Matsumae
  • Shishimai atau tarian singa

Kesimpulan

Presentasi yang dibawakan oleh Manuela Bernarda Serang dan Nunuk Endah Srimulyani menyoroti pentingnya pelestarian budaya melalui pemahaman dan revitalisasi tarian tradisional di tengah tantangan modern seperti masyarakat menua. Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana tradisi dapat terus hidup dan relevan dalam masyarakat yang berubah.

Dengan pemaparan yang komprehensif ini, diharapkan lebih banyak pihak yang peduli dan berupaya melestarikan warisan budaya, terutama yang memiliki nilai sejarah dan spiritual yang tinggi seperti tarian Kagura di Matsumae, Hokkaido.

source
https://unair.ac.id