FIB UNAIR lecturer practices wearing the hijab at ICAS 13

Surabaya, 30 Juli 2024 – Dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Dewi Meyrasyawati, berpartisipasi sebagai pembicara dalam panel bertajuk “Women across Asia: Stories, Agencies, and Representations”. Acara ini diadakan pada Selasa, 30 Juli 2024 di ASEEC Tower dan mengangkat tema “Negotiating Margins: Representations, Resistances, Agencies”. Dewi Meyrasyawati mempresentasikan materi berjudul “Problematizing Piety: Women’s Agency and the Hijab Practices in Surabaya, Indonesia”.

Dalam paparannya, Dewi menguraikan tentang praktik berhijab yang menjadi kebiasaan mayoritas perempuan Muslim di Indonesia. Istilah “hijab practices” merujuk pada berbagai cara Muslimah Indonesia mengenakan hijab dan makna yang mereka berikan pada praktik tersebut. Mengutip konsep agensi dari Saba Mahmood, Dewi menjelaskan bahwa agensi adalah kapasitas untuk mewujudkan kepentingan pribadi meskipun ada hambatan. Mahmood menegaskan bahwa agensi bukan hanya tentang perlawanan terhadap dominasi, tetapi juga mencakup refleksi, pilihan, dan tindakan.

Penelitian Dewi Meyrasyawati berfokus pada pertanyaan utama: bagaimana perempuan Muslim di Surabaya mempersoalkan konsep kesalehan tradisional melalui pilihan dan praktik berhijab mereka? Metodologi yang digunakan meliputi observasi partisipatif, diskusi kelompok terfokus, dan wawancara semi-terstruktur dengan empat kelompok perempuan Muslim di Surabaya.

Kelompok yang diteliti adalah The Kemayu Academy, The Academic Muslim Women’s Group, The Hijabers Mom Community Surabaya, dan Pesantren Nurul Faizah. Setiap kelompok memiliki pandangan yang berbeda tentang cara berpakaian. The Kemayu Academy, misalnya, memilih hijab yang modis untuk menentang interpretasi ketat terhadap Islam. Sementara itu, The Academic Muslim Women’s Group mengadopsi gaya hijab syar’i yang telah diterima luas di Indonesia. The Hijabers Mom Community Surabaya berhasil menyeimbangkan antara mode dan pakaian Islami dengan penuh percaya diri. Di sisi lain, Pesantren Nurul Faizah memilih gaya hijab berdasarkan norma yang diinternalisasi melalui pengajaran agama di pesantren.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua kelompok perempuan tersebut menganggap diri mereka saleh dan juga memperhatikan kesalehan orang lain. Dewi Meyrasyawati menekankan pentingnya tidak cepat menyimpulkan berdasarkan prasangka tentang bukti agensi perempuan. Penelitiannya memperlihatkan bagaimana perempuan ini harus menghadapi berbagai tuntutan mengenai hijab dari negara, keluarga, norma agama, dan tren mode global sebagai bentuk agensi dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini menyoroti pentingnya memahami motivasi di balik pilihan hijab perempuan Muslim dengan berbicara langsung kepada mereka. Dengan demikian, kita bisa mengetahui bagaimana mereka melihat peluang untuk mencapai ambisi dan keinginan mereka. Agensi, menurut Dewi, adalah konsep yang kosong kecuali kita kontekstualisasikan dengan menunjukkan bagaimana hal itu terwujud dalam berbagai situasi.

source
https://unair.ac.id