Program Wajib Baca Akan Kembali Diterapkan di Sekolah: Apakah Mirip dengan Era Anies?

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berencana menghidupkan kembali program wajib baca di sekolah-sekolah. Program ini diharapkan dapat meningkatkan minat baca siswa dan mengembangkan keterampilan literasi mereka. Namun, timbul pertanyaan apakah program ini akan sama dengan yang pernah diterapkan pada era Anies Baswedan saat menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Program wajib baca sebelumnya sudah pernah diterapkan di era Anies melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS bertujuan untuk menumbuhkan minat baca di kalangan siswa dengan menyediakan waktu khusus untuk membaca buku non-pelajaran setiap harinya. Namun, pelaksanaan program ini menghadapi berbagai tantangan, termasuk keterbatasan akses terhadap buku dan kurangnya dukungan dari beberapa pihak.

Kini, di bawah kepemimpinan Nadiem Makarim, Kemendikbudristek berencana untuk memperkuat kembali program literasi dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada. Salah satu strategi yang akan diimplementasikan adalah memperluas akses terhadap bahan bacaan berkualitas. Pemerintah berencana untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk penerbit buku dan perpustakaan, guna memastikan setiap sekolah memiliki koleksi buku yang memadai.

Selain itu, Kemendikbudristek juga akan memberikan pelatihan kepada guru-guru agar mereka lebih mampu mengelola dan mengembangkan program literasi di sekolah. Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator yang efektif dalam menumbuhkan minat baca siswa serta membantu mereka dalam memahami dan mengapresiasi isi bacaan.

Menariknya, program ini tidak hanya akan fokus pada buku cetak, tetapi juga akan memanfaatkan teknologi digital. Kemendikbudristek berencana untuk mengembangkan platform digital yang menyediakan akses ke berbagai bahan bacaan elektronik. Ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi sekolah-sekolah yang memiliki keterbatasan ruang dan sumber daya untuk menyediakan buku cetak.

Penerapan program wajib baca ini tentu memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk orang tua dan masyarakat. Partisipasi aktif dari semua elemen akan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan program ini. Dengan kerja sama yang baik, diharapkan program ini dapat berjalan lancar dan memberikan dampak positif bagi peningkatan literasi siswa di Indonesia.

Dengan demikian, meskipun ada beberapa kesamaan dengan program literasi yang pernah diterapkan di era Anies, program wajib baca yang baru ini diharapkan lebih komprehensif dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Hal ini diharapkan dapat menjawab tantangan-tantangan sebelumnya dan memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.